비스트 (BEAST)

6 Jul 2013

Resensi Novel "BEKISAR MERAH"

RESENSI BEKISAR MERAH


Judul                 : “BEKISAR MERAH”
Penulis              : Ahmad Tohari
Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama,
                           Anggota IKAPI
Kota terbit         : Jakarta
Tahun                : 2011
Jumlah Halaman: 360 halaman
Harga buku        : Rp 60.000,-
Kategori             : FIKSI

           Ahmad Tohari adalah seorang penulis handal yang dilahirkan di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas pada tanggal 13 juni 1948. Selain trilogi: Ronggeng Dukuh Paruh, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala,dan Kubah, Ahmad Tohari menerbitkan kumpulan cerpen yang berjudul Senyum Karyamin. Trilogi tersebut sudah diterbitkan ke dalam bahasa Jepang.
            Karya-karya Ahmad Tohari tidak pernah terlepas dari pengalaman kehidupan pedasaannya. Maka hampir semua warna karyanya adalah kehidupan lapisan bawah dengan latar kehidupan alam pedesaan. Beliau memiliki kesadaran dan wawasan alam yang begitu jelas terlihat pada setiap karya tulisnya. Salah satu karya beliau yang akan saya resensi adalah “BEKISAR MERAH”, berikut resensi tersebut.

            Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis muda, cantik jelita hidup di pedesaan dan selalu menjadi rebutan para lelaki untuk menjadikan gadis tersebut menjadi istrinya. Gadis nan cantik tersebut bernama Lasi, memiliki nama asli Lasiyem tetapi anak-anak di desanya lebih sering mengejeknya dengan nama Lasi-pang “Lasi anak Jepang” mengapa demikian dahulu ketika jaman penjajahan Jepang orang tua Lasi, Mbok Wiyaji dikabarkan diperkosa oleh salah satu penjajah jepang tersebut tetapi benih buah bejat penjajah tersebut tidak membuat Mbok Wiyaji hamil, tetapi warga kampung mengedarkan gosip yang tidak benar bahwa janin yang dikandung oleh Mbok Wiyaji adalah buah dari penjajah yang dulu memperkosanya, hingga Lasi tumbuh menjadi gadis belia yang sangat cantik jelita.
Suatu ketika, sepulang sekolah Lasi diolok-olok oleh teman laki-lakinya Lasi-pang “Lasi anak Jepang, emakmu diperkosa orang Jepang”, begitu seterusnya sampai akhirnya Lasi menangis dan mereka senang hingga tertawa terbahak-bahak, dari semua teman laki-laki yang mengejek dan menentarwakan Lasi ada satu yang hanya diam dan tidak ikut mengejek Lasi, lelaki itu adalah Kanjat. Kanjat adalah anak juragan tengkulak gula di desa Lasi, Kanjat adalah seorang anak pendiam dan baik hati makanya dia tidak ikut mengejek Lasi. Lasi kesal karena selalu diejek dengan “Lasi-pang”, sesampainya di rumah Lasi tidak ingin makan dan membuat khawatir Mbok Wiyaji. Mbok Wiyaji bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh putri semata wayangnya dan memceritakan kisah yang sebenarnya.
Mbok Wiyaji menceritakan memang dahulu ibunya pernah diperkosa tetapi Mbok Wiyaji tidak hamil pada waktu itu, tetapi setelah tiga hahun berlalu oang Jepang yang memperkosa Mbok Wiyaji datang kembali dengan mengajak Eyang Mus, orang penting yang ada di desa itu dengan tujuan untuk meminang Mbok Wiyaji menjadi istrinya, Mbok Wiyaji menerima pinangannya dan mereka menikah, ketika Mbok Wiyaji sedang hambil lima bulan orang Jepang itu pergi meninggalkan Mbok Wiyaji untuk berperang dan dikabarkan bahwa suaminya meninggal di medan pertempuran, sayang cerita yang beredar di desa adalah berita yang buruk bukan yang sebenarnya. Lasi pun mengerti dan tidak sakit hati kembali.
Lasi memang memiliki wajah yang rupawan, cantik, putih, dan memiliki mata yang sipit seperti orang Jepang, tetapi tidak ada lelaki yang berani menikahinya karena gosip yang tidak sedap ketika dahulu. Mbok Wiyaji menikah dengan Wiryaji dan Wiyarji memiliki keponakan laki-laki bernama Darsa. Mbok Wiyaji dan Wiryaji menikahkan Darsa dengan Lasi. Mereka hidup dengan sederhana seperti para penyadap nira lainnya. Lasi hidup di sebuah desa terpencil terdalam di bawah kaki gunung bernama Desa Karangsoga. Warga desa Karangsoga berprofesi sebagai penyadap nira dan pembuat gula aren.
Suatu hari Darsa ingin mengambil nira yang sudah disadapnya tetapi hari ini hujan turun begitu deras. Ketika hujan reda Darsa segera memanjat untuk menggambil nira sayang Darsa terjatuh dan Darsa tidak bisa berbuat apa-apa. Berbagai carapun dilakukan oleh Lasi demi kesembuhan sang suami Darsa. Sayang seribu sayang usaha Lasi untuk menyembuhkan Darsa harus dibayar dengan kekecewaan yang begitu besar yang dilakukan oleh Darsa. Darsa menikahi Sipah, anak gadis Bunek yang telah menyembuhkan sakitnya sebagai imbalan karena telah menyembuhkan Darsa. Gosip pun beredar sanggat kencang di Desa Karangsoga dan Lasi memutuskan untuk minggat dari desa untuk menenangkan diri.
Nasib Lasi memang bertambah sengsara setelah mendengar kelakuan nakal suaminya. Lasi tidak mau lagi hidup di desa Karangsoga. Seperti yang dikatakan Mbok Wiyarji kepada Lasi  “Duh malang men nasibmu nduk Lasi cah ayu patut jadi Bu Lurah tapi malah milih penderas dan dilarani terus atimu nduk”.  Lasi memilih pergi diam-diam dari desanya dengan menumpang truk muatan gula yang dikemudikan Pardi dan kernetnya Sapon. Lasi juga tidak mengerti ingin pergi kemana. Sebenarnya Pardi dan Sapon tidak memperbolehkan Lasi ikut, tetapi Lasi tetap dingin dan kaku untuk duduk di truk. Sesampainya di Jakarta, Lasi dititipkan di warung makan milik Bu Koneng langganan Pardi. Karena Pardi dan Sapon akan bongkar muat barang di gudang. Bu Koneng pun membujuk Lasi untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempekerjakan Lasi sebagai pelayan warungnya. Dengan rayuan Bu Koneng yang selalu memuji kecantikan Lasi dan selalu mendengarkan cerita tentang Darsa. Akhirnya Lasi mau juga tinggal bersama Bu Koneng. Bu Koneng adalah wanita pemilik warung makan yang selalu menerima istri-istri yang disakiti oleh suaminya, pada awalnya memang Bu Koneng membujuknya agar Lasi berkerja di dapur untuk memasak tapi lama-kelamaan Bu Koneng mempunyai pikiran untuk menjual Lasi.
Suatu hari Bu Koneng menyuruh Bu Lanting untuk datang ke warungnya. Bu Koneng ingin meperlihatkan pada Bu Lanting bahwa ada barang bagus di warungnya. Dan barang bagus yang dimaksud Bu Koneng adalah Lasi. Bu Lanting adalah orang yang memanfaatkan para wanita cantik untuk diperistrikan pejabat-pejabat kaya. Setelah Bu Lanting melihat Lasi, Bu Lanting sangat tertarik dan ingin membawa Lasi ke rumahnya. Kemudian pada hari berikutnya, Bu Lanting kembali datang dengan membawa hadiah untuk Lasi berupa pakaian lengkap yang bagus kualitasnya. Dengan bujukan Bu Koneng Lasi pun mau mengenakannya dan mau ikut dengan Bu Lanting yang dijadikan anak angkat oleh Bu Lanting.
Lasi kini tinggal bersama Bu Lanting dengan menjadi wanita Jepang yang cantik dan memakai pakaian yang serba mahal. Lasi diperlakukan sebagai anak yang disayang dan tak pernah melakukan apapun kecuali membantu Bu Lanting merawat taman bunga. Hingga suatu hari Bu Lanting bertemu dengan seorang pengusaha kaya bernama Handarbeni yang mengagumi Haruko Wanibuchi aktris film Jepang yang berumur hampir enam puluh lima tahun, gemuk, dan sudah mempunyai dua istri. Dan hendak menjadikan Lasi seekor bekisar yang menjadi pajangan di rumahnya yang baru dan mewah di Slipi. Bu Lanting memperlihatkan tiga foto Lasi yang memakai baju Kimono Jepang. Respon Handarbeni sangat positif, ia segera mengatur waktu agar secepatnya bertemu dengan Lasi. Di sela-sela waktu sebelum bertemu dengan Handarbeni, Lasi kedatangan tamu dari Karangsoga yaitu Kanjat teman masa kecilnya, yang ingin mengajak Lasi untuk pulang. Tetapi Lasi tetap menolaknya, dan memberikan sebuah foto dirinya kepada Kanjat. Sebenarnya Kanjat sejak saat itu mulai merasa hatinya terpikat oleh Lasi begitupun Lasi kepada Kanjat, tapi mereka hanya menyimpannya dalam hati.
Setelah Lasi sering bertemu dengan Handarbeni, banyak nasihat Bu Lanting yang membuat Lasi selalu pasrah karena kata-katanya. Lasi yang dulu selalu hidup susah kini mulai berpikir karena akan dinikahi Handarbeni. Siapa yang mau menolak keberuntungan, itulah yang selau diucapkan Bu lanting. Di sisi lain Bu Lanting sangat beruntung ketika Lasi mau menjadi istri Handarbeni, ia akan diberi harta melimpah karena menyediakan bekisar merah yaitu Lasi. Sebelum menikah Lasi dibolehkan oleh bu Lanting untuk pulang ke Karangsoga mengurus surat cerai. Akhirnya, Lasi pulang ke Karangsoga dengan naik mobil yang disopiri oleh Pak Min. Celoteh warga Karangsoga sesuai kebiasaan di sana sudah berkembang ke semua masyarakat, tetapi Lasi tidak memperdulikannya. Setelah persidangan usai Lasi resmi menjadi janda, hingga suatu malam Kanjat yang sudah lulus sarjana dan sudah menjadi dosen bertamu ke rumah Lasi, Kanjat mengungkapkan bahwa dia tidak mau kedahuluan orang lain untuk melamar Lasi. Sebenarnya Lasi juga menaruh hati pada Kanjat tapi Lasi tidak bisa berbuat apa-apa karena Lasi merasa harus balas budi pada bu Lanting dengan menikahi Handarbeni.
Lasi sudah menjadi Nyonya Handarbeni, menikmati segala kemewahan materi yang tidak pernah terbayangkan oleh bekas seorang isteri penderes nira dari desa Karangsoga. Tetapi Lasi merasa perkawinannya dengan Handarbeni hanya perkawinan main-main dan Lasi juga merasa kecewa karena Handarbeni ternyata impoten. Sebenarnya bukan impoten yang membuat Lasi kecewa, tetapi perkataan Handarbeni yang menyuruh Lasi untuk memuaskan diri pada laki-laki lain dengan tutup mulut dan tetap menjadi istri Handarbeni. Hingga pada suatu hari Lasi minta ijin untuk pulang ke Karangsoga karena kekecewaannya pada Handarbeni.
Sampai di Karangsoga Lasi ingin membangun rumah orang tuanya. Selama dua bulan Lasi sering berbalik-balik dari Karangsoga ke Jakarta, kadang Handarbeni juga ikut ke Karangsoga. Sebenarnya respon warga Karangsoga melihat Handarbeni negatif, tetapi karena Handarbeni ramah dan memberi bantuan dana kepada desa untuk membangun infrastruktur sehingga membuat warga Karangsoga tidak terlalu menceloteh. Lasi merasa sudah puas untuk membalas dendam pada warga Karangsoga yang dulunya sering menceloteh Lasi seenaknya. Sebenarnya Lasi ingin bertemu dengan Kanjat, ia ingin menceritakan semua permasalahannya dan ingin mendanai proyek yang akan di buat oleh Kanjat untuk lebih memakmurkan warga Karangsoga juga ingin menanyakan pada Kanjat apakah Kanjat sudah punya calon istri karena Lasi mendengar bahwa Kanjat dekat dengan seorang gadis yang bernama Hermiati. Kemudian pada hari berikutnya, Kanjat pun mau menemui Lasi, Lasi bercerita pada Kanjat bahwa ia hanya kawin-kawinan dengan Handarbeni dan Lasi juga menceritakan semua yang mengganjal hatinya. Kanjat pun memahami maksud Lasi dan menjelaskan pada Lasi bahwa tidak ada yang bisa mengganti Lasi di hati Kanjat.
Di desa Karangsoga akan ada jalur listrik yang akan menerangi desa Karangsoga, sehingga menyebabkan pohon-pohon kelapa sebagai sumber utama warga Karangsoga terpakasa sebagian harus di tebang. Darsa adalah salah satu warga yang pohon kelapanya di tebang tetapi tidak hanya itu pohon kelapa Darsa paling banyak di tebang, karena terletak lurus pada jalur listrik. Darsa yang menghidupi istri dan anaknya punya dua belas pohon kelapa yang sepuluh pohon nantinya akan ditebang. Tidak tau Darsa akan menghidupi anak dan istrinya dengan apa lagi. Kanjat dan Lasi pun turut berduka atas penderitaan yang ditimpa Darsa, dan Lasi memberikan uang pada istri Darsa dan berkata,Itu mungkin cukup untuk makan satu tahun kamu besama Darsa”.
Di tengah perjalanan pulang dari rumah Darsa, Lasi dan Kanjat berjalan pada lorong-lorong desa Karangsoga, mereka teringat kenangan masa kecil mereka yang sering main kucing-kucingan ketika Kanjat selalu merapatkan diri dengan Lasi ketika bersembunyi di balik pohon. Lasi tiba-tiba bilang besok akan kembali ke Jakarta dan mengajak Kanjat untuk ikut bersamanya. Tetapi Kanjat menolak ajakan Lasi karena Kanjat seorang dosen jadi tidak mungkin untuk pergi sesuka hati, tanpa ada jadwal yang mengikat. Lasi juga menanyakan fotonya apakah masih disimpan Kanjat, ternyata Kanjat masih menyimpannya dan Lasi juga masih menyimpan foto kanjat. Kanjat melihat mata Lasi dengan mendalam yang masih menyimpan pesona, tetapi pada mata Lasi pula Kanjat melihat kenyataan lain bahwa Lasi masih punya suami, dan lebih dari itu. Dalam mata Lasi, Kanjat juga melihat Darsa, Sipah, dan anaknya. Itu seperti menyindir Kanjat yang gagal meringankan beban hidup para penyadap kelapa, bagi kanjat Lasi adalah harapan dan cita-cita yang tetap hidup dalam hatinya. Di sisi lain, Kanjat adalah pejuang bagi penyadap yang terus dipanggil untuk memihak mereka. Bahkan Darsa adalah salah satu penyadap yang butuh dipihak oleh Kanjat. Kanjat menyadari bahwa tanpa para penyadap-penyadap tersebut, Kanjat tidak bisa menjadi sarjana. Karena itulah Kanjat merasa berhutang budi pada para penyadap yang telah merelakan banyak keringatnya untuk dijual pada ayah Kanjat.

Pada novel ini menggunakan alur cerita campuran, karena dalam setiap pengungkapan ceritanya Lasi selalu mengingat kejadian-kejadian semasa kecilnya yang selalu penuh dengan ejeken dan dendam karena sakit hati tidak bisa hilang begitu saja dari pemikiran Lasi. Lasi juga sering mengingat potongan-potongan kisah masa lalunya.
Di dalam kehidupan bermasyarakat novel ini seperti selalu menggambarkan kehidupan nyata, menggambarkan betapa sulitnya mencari uang untuk kehidupan sehari-hari jangankan untuk berobat untuk membeli beras saja susah. Masyarakat yang melatar belakangi kisah pada novel ini mereka memiliki kehidupan di bawah rata-rata, dalam kemiskinan dan keterbelakangan, dan tersangkut permasalahan yang sangat sulit untuk mengubah pola pikir bahwa bisa terlepas dari lingkungan pekerja sebagai penyadap nira yang membahayakan nyawa dengan upah yang sedikit, dan yang lebih menyedihkannya lagi para petani selalu dibohongi oleh pengkulak sehingga selalu dirugikan.
            Novel “Bekisar Merah” saya bandingkan dengan novel terdahulunya yang berjudul “Kubah”. Pada novel ini menceritakan betapa tidak mudahnya seorang laki-laki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat karena telah merasa terasingkan. Isi dari novel ini sangat berkesinambungan dengan kehidupan Darsa pada cerita Bekisar Merah, karena kesalahan yang telah dilakukan oleh Darsa dalam mengambil keputusan. Kedua novel ini menceritakan tentang Tuhan, mempercayai adanya Tuhan tetapi ada sebagian yang meragukan adanya Tuhan.
            Bagi pembaca pemula seperti saya memang sedikit sulit untuk memahami bahasanya pada awalnya, tetapi karena novel ini sangat masuk dengan kehidupan keseharian yang nyata apa adanya maka novel ini sangat mudah menyentuh hati dan mudah dimengerti oleh setiap pembaca. Kedua novel ini sangat memberikan pengalaman hidup yang baik untuk kehidupan ke depannya bagi pembaca agar tidak terjadi penyesalan yang sama dan membuat kita menyesal. Di dalam novel ini banyak sekali terdapat pesan-pesan moral yang baik untuk kehidupan. Saya merekomendasikan untuk membaca novel “BEKISAR MERAH”.

NOVEL”KUBAH” NOVEL  PEMBANDING DARI NOVEL “BEKISAR MERAH”
 


Judul                   : “KUBAH”
Penulis                : Ahmad Tohari
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama,
                             Anggota IKAPI
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun                 : Cetakan keempat, September 2012
Jumlah Halaman : 216 halaman
Harga Buku        : Rp 38.000,-
Kategori              : FIKSI