naSTArch
Hello.. It's my new blog.. :) Nothing special, but limited. Be creative, be different. THIS IS ME :D
16 Des 2013
용준형 (Yong Junhyung) - FLOWER (Official Music Video)
finally. after Yang Yosoeb released his first mini album, now the main rapper of BEAST, Yong Junhyung release his mini album, with single "Flower", I hope you enjoy this ^^
7 Agu 2013
BEAST - 'Shadow (그림자)' (Official Music Video)
Pertama kali mereka come back, terus lihat video ini, langsung ga banyak komen.
kereeeennnnn abis.. b(^o^)d
lagunya aja sampe ku jadiin nada dering panggilan~
"Because I'm Shadow.. Shadow.. Shadow.."
pokoknya ini keren, apalagi pas adegannya kikwang nerbangin elangnya :3
terserah deh buat yang mau ngejelek-jelekin BEAST, yang penting aku tetep support mereka terus~
silahkan disimak videonya yaaaa~ ^^
oh iya, kalo mau download lagunya juga bisa di:
http://www.4shared.com/mp3/td_6BBC-/BEAST_-_Shadow___.html
gomawo chingu ^^
6 Jul 2013
Resensi Novel "BEKISAR MERAH"
RESENSI
BEKISAR MERAH
|
Judul : “BEKISAR MERAH”
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama,
Anggota IKAPI
Kota terbit : Jakarta
Tahun : 2011
Jumlah Halaman: 360 halaman
Harga buku : Rp 60.000,-
Kategori : FIKSI
|
Ahmad
Tohari adalah seorang penulis handal yang dilahirkan di Desa Tinggarjaya,
Kecamatan Jatilawang, Banyumas pada tanggal 13 juni 1948. Selain trilogi: Ronggeng
Dukuh Paruh, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala,dan Kubah,
Ahmad Tohari menerbitkan kumpulan cerpen yang berjudul Senyum Karyamin.
Trilogi tersebut sudah diterbitkan ke dalam
bahasa Jepang.
Karya-karya Ahmad Tohari tidak
pernah terlepas dari pengalaman kehidupan pedasaannya. Maka hampir semua warna
karyanya adalah kehidupan lapisan bawah dengan latar kehidupan alam pedesaan.
Beliau memiliki kesadaran dan wawasan alam yang begitu jelas terlihat pada
setiap karya tulisnya. Salah satu karya beliau yang akan saya resensi adalah
“BEKISAR MERAH”, berikut resensi tersebut.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang
gadis muda, cantik jelita hidup di pedesaan
dan selalu menjadi rebutan para lelaki untuk menjadikan gadis tersebut menjadi
istrinya. Gadis nan cantik tersebut bernama Lasi, memiliki nama asli Lasiyem
tetapi anak-anak di desanya
lebih sering mengejeknya dengan nama Lasi-pang “Lasi anak Jepang” mengapa
demikian dahulu ketika jaman penjajahan Jepang orang tua Lasi, Mbok Wiyaji dikabarkan diperkosa
oleh salah satu penjajah jepang tersebut tetapi benih buah bejat penjajah
tersebut tidak membuat Mbok Wiyaji hamil, tetapi
warga kampung mengedarkan gosip yang tidak benar bahwa janin yang dikandung
oleh Mbok Wiyaji adalah buah dari penjajah yang dulu memperkosanya, hingga Lasi
tumbuh menjadi gadis belia yang sangat cantik jelita.
Suatu ketika, sepulang
sekolah Lasi diolok-olok oleh teman laki-lakinya Lasi-pang “Lasi anak Jepang,
emakmu diperkosa orang Jepang”, begitu seterusnya sampai akhirnya Lasi menangis
dan mereka senang hingga tertawa terbahak-bahak, dari semua teman laki-laki
yang mengejek dan menentarwakan Lasi ada satu yang hanya diam dan tidak ikut
mengejek Lasi, lelaki itu adalah Kanjat. Kanjat
adalah anak juragan tengkulak gula di desa Lasi, Kanjat adalah seorang anak pendiam dan baik
hati makanya dia tidak ikut mengejek Lasi. Lasi kesal karena selalu diejek
dengan “Lasi-pang”, sesampainya di rumah Lasi tidak ingin makan dan membuat
khawatir Mbok Wiyaji. Mbok Wiyaji bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh
putri semata wayangnya dan memceritakan kisah yang sebenarnya.
Mbok Wiyaji menceritakan memang
dahulu ibunya pernah diperkosa tetapi Mbok Wiyaji tidak hamil pada waktu itu,
tetapi setelah tiga hahun berlalu oang Jepang yang memperkosa Mbok Wiyaji datang kembali dengan mengajak
Eyang Mus,
orang penting yang ada di desa itu dengan tujuan untuk meminang Mbok Wiyaji
menjadi istrinya, Mbok Wiyaji menerima pinangannya dan mereka menikah, ketika
Mbok Wiyaji sedang hambil lima bulan orang Jepang itu pergi meninggalkan Mbok
Wiyaji untuk berperang dan dikabarkan bahwa suaminya meninggal di medan
pertempuran, sayang cerita yang beredar di desa adalah berita yang buruk bukan
yang sebenarnya.
Lasi pun mengerti dan tidak sakit hati kembali.
Lasi memang memiliki wajah yang
rupawan, cantik, putih, dan memiliki mata yang sipit seperti orang Jepang, tetapi tidak ada lelaki
yang berani menikahinya karena gosip yang tidak sedap ketika dahulu. Mbok
Wiyaji menikah dengan Wiryaji dan Wiyarji memiliki keponakan laki-laki bernama
Darsa. Mbok Wiyaji dan Wiryaji menikahkan Darsa dengan Lasi. Mereka hidup
dengan sederhana seperti para penyadap nira lainnya. Lasi hidup di sebuah desa
terpencil terdalam di bawah
kaki gunung bernama Desa Karangsoga. Warga desa Karangsoga berprofesi sebagai penyadap nira
dan pembuat gula aren.
Suatu hari Darsa ingin mengambil nira yang
sudah disadapnya tetapi hari ini hujan turun begitu deras. Ketika hujan reda
Darsa segera memanjat untuk menggambil nira sayang Darsa terjatuh dan Darsa tidak bisa berbuat
apa-apa. Berbagai carapun dilakukan oleh Lasi
demi kesembuhan sang suami Darsa. Sayang seribu sayang usaha Lasi untuk
menyembuhkan Darsa harus dibayar dengan kekecewaan yang begitu besar yang
dilakukan oleh Darsa. Darsa menikahi Sipah,
anak gadis Bunek yang telah menyembuhkan
sakitnya sebagai imbalan karena telah menyembuhkan Darsa. Gosip pun beredar sanggat kencang di
Desa Karangsoga dan Lasi memutuskan untuk minggat dari desa untuk menenangkan diri.
Nasib Lasi memang bertambah sengsara setelah mendengar
kelakuan nakal suaminya. Lasi tidak mau lagi hidup di desa Karangsoga. Seperti
yang dikatakan Mbok Wiyarji
kepada Lasi “Duh malang men nasibmu nduk
Lasi cah ayu patut jadi Bu Lurah tapi
malah milih penderas dan dilarani terus atimu nduk”. Lasi memilih pergi diam-diam dari desanya
dengan menumpang truk muatan gula yang dikemudikan Pardi dan kernetnya Sapon.
Lasi juga tidak mengerti ingin pergi kemana. Sebenarnya Pardi dan Sapon tidak
memperbolehkan Lasi ikut, tetapi Lasi tetap dingin dan kaku untuk duduk di
truk. Sesampainya di Jakarta, Lasi
dititipkan di warung makan milik Bu Koneng langganan Pardi. Karena Pardi dan
Sapon akan bongkar muat barang di gudang. Bu
Koneng pun membujuk Lasi untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempekerjakan Lasi
sebagai pelayan warungnya. Dengan rayuan Bu Koneng yang selalu memuji
kecantikan Lasi dan selalu mendengarkan cerita tentang Darsa. Akhirnya Lasi mau
juga tinggal bersama Bu Koneng. Bu Koneng adalah wanita pemilik warung makan
yang selalu menerima istri-istri yang disakiti oleh suaminya, pada awalnya
memang Bu Koneng
membujuknya agar Lasi berkerja di dapur untuk memasak tapi lama-kelamaan Bu Koneng mempunyai pikiran untuk
menjual Lasi.
Suatu hari Bu Koneng
menyuruh Bu Lanting
untuk datang ke warungnya. Bu Koneng
ingin meperlihatkan pada Bu Lanting
bahwa ada barang bagus di warungnya. Dan barang bagus yang dimaksud Bu Koneng adalah Lasi. Bu Lanting adalah orang yang
memanfaatkan para wanita cantik untuk diperistrikan pejabat-pejabat kaya.
Setelah Bu Lanting
melihat Lasi, Bu Lanting
sangat tertarik dan ingin membawa Lasi ke rumahnya. Kemudian pada hari
berikutnya, Bu Lanting
kembali datang dengan membawa hadiah untuk Lasi berupa pakaian lengkap yang bagus
kualitasnya. Dengan bujukan Bu Koneng
Lasi pun mau mengenakannya dan mau ikut dengan Bu Lanting yang
dijadikan anak angkat oleh Bu Lanting.
Lasi kini tinggal bersama Bu Lanting dengan menjadi wanita Jepang yang cantik dan memakai pakaian yang serba mahal.
Lasi diperlakukan sebagai anak yang disayang dan tak pernah melakukan apapun
kecuali membantu Bu Lanting
merawat taman bunga. Hingga suatu hari Bu Lanting
bertemu dengan seorang pengusaha kaya bernama Handarbeni yang mengagumi Haruko
Wanibuchi aktris film Jepang yang berumur hampir enam puluh lima tahun, gemuk,
dan sudah mempunyai dua istri. Dan hendak menjadikan Lasi seekor bekisar yang
menjadi pajangan di rumahnya yang baru dan mewah di Slipi. Bu Lanting
memperlihatkan tiga foto Lasi yang memakai baju Kimono Jepang. Respon
Handarbeni sangat positif, ia segera mengatur waktu agar secepatnya bertemu
dengan Lasi. Di sela-sela waktu sebelum bertemu dengan Handarbeni, Lasi
kedatangan tamu dari Karangsoga yaitu Kanjat teman masa kecilnya, yang ingin
mengajak Lasi untuk pulang. Tetapi Lasi tetap menolaknya, dan memberikan sebuah
foto dirinya kepada Kanjat. Sebenarnya Kanjat sejak
saat itu mulai merasa hatinya terpikat oleh Lasi begitupun Lasi kepada Kanjat, tapi mereka hanya menyimpannya dalam hati.
Setelah Lasi sering bertemu dengan Handarbeni, banyak
nasihat Bu Lanting yang membuat Lasi selalu pasrah karena kata-katanya. Lasi
yang dulu selalu hidup susah kini mulai berpikir karena akan dinikahi
Handarbeni. Siapa yang mau menolak keberuntungan, itulah yang selau diucapkan
Bu lanting. Di sisi lain Bu Lanting sangat beruntung ketika Lasi mau menjadi
istri Handarbeni, ia akan diberi harta melimpah karena menyediakan bekisar
merah yaitu Lasi. Sebelum menikah Lasi dibolehkan oleh bu Lanting untuk pulang
ke Karangsoga mengurus surat cerai. Akhirnya, Lasi pulang ke Karangsoga dengan
naik mobil yang disopiri oleh Pak Min.
Celoteh warga Karangsoga sesuai kebiasaan di sana sudah berkembang ke semua masyarakat, tetapi Lasi tidak memperdulikannya.
Setelah persidangan usai Lasi resmi menjadi janda, hingga suatu malam Kanjat
yang sudah lulus sarjana dan sudah menjadi dosen bertamu ke rumah Lasi, Kanjat mengungkapkan bahwa dia tidak mau
kedahuluan orang lain untuk melamar Lasi. Sebenarnya Lasi juga menaruh hati pada
Kanjat tapi Lasi tidak bisa berbuat apa-apa karena Lasi merasa harus balas budi
pada bu Lanting dengan menikahi Handarbeni.
Lasi sudah menjadi Nyonya Handarbeni, menikmati segala
kemewahan materi yang tidak pernah terbayangkan oleh bekas seorang isteri penderes
nira dari desa Karangsoga. Tetapi Lasi merasa perkawinannya dengan Handarbeni
hanya perkawinan main-main dan Lasi juga merasa kecewa karena Handarbeni
ternyata impoten. Sebenarnya bukan impoten yang membuat Lasi kecewa, tetapi
perkataan Handarbeni yang menyuruh Lasi untuk memuaskan diri pada laki-laki
lain dengan tutup mulut dan tetap menjadi istri Handarbeni. Hingga pada suatu
hari Lasi minta ijin untuk pulang ke Karangsoga karena kekecewaannya pada
Handarbeni.
Sampai di Karangsoga Lasi ingin membangun rumah orang
tuanya. Selama dua bulan Lasi sering berbalik-balik dari Karangsoga ke Jakarta,
kadang Handarbeni juga ikut ke Karangsoga. Sebenarnya respon warga Karangsoga
melihat Handarbeni negatif, tetapi karena Handarbeni ramah dan memberi bantuan dana
kepada desa untuk membangun infrastruktur sehingga membuat warga Karangsoga
tidak terlalu menceloteh. Lasi merasa sudah puas untuk membalas dendam pada
warga Karangsoga yang dulunya sering menceloteh Lasi seenaknya. Sebenarnya Lasi
ingin bertemu dengan Kanjat, ia ingin menceritakan semua permasalahannya dan
ingin mendanai proyek yang akan di buat oleh Kanjat untuk lebih memakmurkan
warga Karangsoga juga ingin menanyakan pada Kanjat apakah Kanjat sudah punya
calon istri karena Lasi mendengar bahwa Kanjat dekat dengan seorang gadis yang
bernama Hermiati. Kemudian pada hari berikutnya, Kanjat pun mau menemui Lasi,
Lasi bercerita pada Kanjat bahwa ia hanya kawin-kawinan dengan Handarbeni dan
Lasi juga menceritakan semua yang mengganjal hatinya. Kanjat pun memahami
maksud Lasi dan menjelaskan pada Lasi bahwa tidak ada yang bisa mengganti Lasi
di hati Kanjat.
Di desa Karangsoga akan ada jalur listrik yang akan
menerangi desa Karangsoga, sehingga menyebabkan pohon-pohon kelapa sebagai
sumber utama warga Karangsoga terpakasa sebagian harus di tebang. Darsa adalah
salah satu warga yang pohon kelapanya di tebang tetapi tidak hanya itu pohon
kelapa Darsa paling banyak di tebang, karena terletak lurus pada jalur listrik.
Darsa yang menghidupi istri dan anaknya punya dua belas pohon kelapa yang
sepuluh pohon nantinya akan ditebang. Tidak tau Darsa akan menghidupi anak dan
istrinya dengan apa lagi. Kanjat dan Lasi pun turut berduka atas penderitaan
yang ditimpa Darsa, dan Lasi memberikan uang pada istri Darsa dan berkata, “Itu mungkin
cukup untuk makan satu tahun kamu besama Darsa”.
Di tengah perjalanan pulang dari rumah Darsa, Lasi dan
Kanjat berjalan pada lorong-lorong desa Karangsoga, mereka teringat kenangan
masa kecil mereka yang sering main kucing-kucingan ketika Kanjat selalu
merapatkan diri dengan Lasi ketika bersembunyi di balik pohon. Lasi tiba-tiba
bilang besok akan kembali ke Jakarta dan mengajak Kanjat untuk ikut bersamanya.
Tetapi Kanjat menolak ajakan Lasi karena Kanjat seorang dosen jadi tidak
mungkin untuk pergi sesuka hati, tanpa ada jadwal yang mengikat. Lasi juga
menanyakan fotonya apakah masih disimpan Kanjat, ternyata Kanjat masih
menyimpannya dan Lasi juga masih menyimpan foto kanjat. Kanjat melihat mata
Lasi dengan mendalam yang masih menyimpan pesona, tetapi pada mata Lasi pula
Kanjat melihat kenyataan lain bahwa Lasi masih punya suami, dan lebih dari itu.
Dalam mata Lasi, Kanjat juga melihat Darsa, Sipah, dan anaknya. Itu seperti
menyindir Kanjat yang gagal meringankan beban hidup para penyadap kelapa, bagi
kanjat Lasi adalah harapan dan cita-cita yang tetap hidup dalam hatinya. Di
sisi lain, Kanjat adalah pejuang bagi penyadap yang terus dipanggil untuk
memihak mereka. Bahkan Darsa adalah salah satu penyadap yang butuh dipihak oleh
Kanjat. Kanjat menyadari bahwa tanpa para penyadap-penyadap tersebut, Kanjat
tidak bisa menjadi sarjana. Karena itulah Kanjat merasa berhutang budi pada
para penyadap yang telah merelakan banyak keringatnya untuk dijual pada ayah
Kanjat.
Pada novel ini menggunakan alur
cerita campuran, karena dalam setiap pengungkapan ceritanya Lasi selalu
mengingat kejadian-kejadian semasa kecilnya
yang selalu penuh dengan ejeken dan dendam karena sakit hati tidak bisa hilang
begitu saja dari pemikiran Lasi. Lasi juga sering mengingat potongan-potongan
kisah masa lalunya.
Di dalam kehidupan
bermasyarakat novel ini seperti selalu menggambarkan kehidupan nyata,
menggambarkan betapa sulitnya mencari uang untuk kehidupan sehari-hari
jangankan untuk berobat untuk membeli beras saja susah. Masyarakat yang melatar
belakangi kisah pada novel ini mereka memiliki kehidupan di bawah rata-rata,
dalam kemiskinan dan keterbelakangan,
dan tersangkut permasalahan yang sangat sulit untuk mengubah pola pikir bahwa bisa terlepas dari
lingkungan pekerja sebagai penyadap nira yang membahayakan nyawa dengan upah
yang sedikit, dan yang lebih menyedihkannya lagi para petani selalu dibohongi
oleh pengkulak sehingga selalu dirugikan.
Novel “Bekisar Merah” saya
bandingkan dengan novel terdahulunya yang berjudul “Kubah”. Pada novel ini
menceritakan betapa tidak mudahnya seorang laki-laki mendapatkan kembali
tempatnya di masyarakat karena telah merasa terasingkan. Isi dari novel ini
sangat berkesinambungan dengan kehidupan Darsa pada cerita Bekisar Merah,
karena kesalahan yang telah dilakukan oleh Darsa dalam mengambil keputusan.
Kedua novel ini menceritakan tentang Tuhan, mempercayai adanya Tuhan tetapi ada
sebagian yang meragukan adanya Tuhan.
Bagi pembaca pemula seperti saya
memang sedikit sulit untuk memahami
bahasanya pada awalnya, tetapi karena novel ini sangat masuk dengan kehidupan
keseharian yang nyata apa adanya maka novel ini sangat mudah menyentuh hati dan
mudah dimengerti oleh setiap pembaca. Kedua novel ini sangat memberikan
pengalaman hidup yang baik untuk kehidupan ke depannya bagi pembaca agar tidak
terjadi penyesalan yang sama dan membuat kita menyesal. Di dalam novel ini banyak
sekali terdapat pesan-pesan moral
yang baik untuk kehidupan. Saya
merekomendasikan untuk membaca novel “BEKISAR MERAH”.
NOVEL”KUBAH”
NOVEL PEMBANDING DARI NOVEL “BEKISAR
MERAH”
|
Judul : “KUBAH”
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama,
Anggota IKAPI
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : Cetakan keempat, September
2012
Jumlah Halaman : 216 halaman
Harga Buku : Rp 38.000,-
Kategori : FIKSI
|
uthek-uthek :
Bekisar Merah,
Novel,
Resensi
Langganan:
Postingan (Atom)